Checkout this great listen on Audible.com. Surat al-Qasas (The Stories) is the 28th chapter of the Qur'an, with 88 verses. Arabic edition with English translation. ©2018 One Media iP LTD (P)2018 One Media iP LTD
طسٓمٓ ṭā sīm mīm [1] Tha Sin Mim تِلْكَ ءَايَـٰتُ ٱلْكِتَـٰبِ ٱلْمُبِينِ tilka āyātul-kitābil-mubīn [2] Ini ayat-ayat Kitab Al-Qur'an yang jelas dari Allah. نَتْلُواْ عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَىٰ وَفِرْعَوْنَ بِٱلْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ natlụ 'alaika min naba`i mụsā wa fir'auna bil-ḥaqqi liqaumiy yu`minụn [3] Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman. إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَآئِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَآءَهُمْ وَيَسْتَحْىِۦ نِسَآءَهُمْ‌ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ inna fir'auna 'alā fil-arḍi wa ja'ala ahlahā syiya'ay yastaḍ'ifu ṭā`ifatam min-hum yużabbiḥu abnā`ahum wa yastaḥyī nisā`ahum, innahụ kāna minal-mufsidīn [4] Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka Bani Israil, dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia Firaun termasuk orang yang berbuat kerusakan. وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسْتُضْعِفُواْ فِى ٱلْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ ٱلْوَٲرِثِينَ wa nurīdu an namunna 'alallażīnastuḍ'ifụ fil-arḍi wa naj'alahum a immataw wa naj'alahumul-wāriṡīn [5] Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi, وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَنُرِىَ فِرْعَوْنَ وَهَـٰمَـٰنَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُواْ يَحْذَرُونَ wa numakkina lahum fil-arḍi wa nuriya fir'auna wa hāmāna wa junụdahumā min-hum mā kānụ yaḥżarụn [6] dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka. وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ‌ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ‌ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ wa auḥainā ilā ummi mụsā an arḍi'īh, fa iżā khifti 'alaihi fa alqīhi fil-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī, innā rāddụhu ilaiki wa jā'ilụhu minal-mursalīn [7] Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia Musa, dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah engkau takut dan jangan pula bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” فَٱلْتَقَطَهُۥٓ ءَالُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا‌ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَـٰمَـٰنَ وَجُنُودَهُمَا كَانُواْ خَـٰطِــِٔينَ faltaqaṭahū ālu fir'auna liyakụna lahum 'aduwwaw wa ḥazanā, inna fir'auna wa hāmāna wa junụdahumā kānụ khāṭi`īn [8] Maka dia dipungut oleh keluarga Firaun agar kelak dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Firaun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. وَقَالَتِ ٱمْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّى وَلَكَ‌ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ wa qālatimra`atu fir'auna qurratu 'ainil lī wa lak, lā taqtulụhu 'asā ay yanfa'anā au nattakhiżahụ waladaw wa hum lā yasy'urụn [9] Dan istri Firaun berkata, “Dia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari. وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَـٰرِغًا‌ۖ إِن كَادَتْ لَتُبْدِى بِهِۦ لَوْلَآ أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ wa aṣbaḥa fu`ādu ummi mụsā fārigā, ing kādat latubdī bihī lau lā ar rabaṭnā 'alā qalbihā litakụna minal-mu`minīn [10] Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah. وَقَالَتْ لِأُخْتِهِۦ قُصِّيهِ‌ۖ فَبَصُرَتْ بِهِۦ عَن جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ wa qālat li`ukhtihī quṣṣīh, fa baṣurat bihī 'an junubiw wa hum lā yasy'urụn [11] Dan dia ibunya Musa berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah dia Musa.” Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya. ۞ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ ٱلْمَرَاضِعَ مِن قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰٓ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُۥ لَكُمْ وَهُمْ لَهُۥ نَـٰصِحُونَ wa ḥarramnā 'alaihil-marāḍi'a ming qablu fa qālat hal adullukum 'alā ahli baitiy yakfulụnahụ lakum wa hum lahụ nāṣiḥụn [12] Dan Kami cegah dia Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; maka berkatalah dia saudaranya Musa, “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?” فَرَدَدْنَـٰهُ إِلَىٰٓ أُمِّهِۦ كَىْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ fa radadnāhu ilā ummihī kai taqarra 'ainuhā wa lā taḥzana wa lita'lama anna wa'dallāhi ḥaqquw wa lākinna akṡarahum lā ya'lamụn [13] Maka Kami kembalikan dia Musa kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَٱسْتَوَىٰٓ ءَاتَيْنَـٰهُ حُكْمًا وَعِلْمًا‌ۚ وَكَذَٲلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ wa lammā balaga asyuddahụ wastawā ātaināhu ḥukmaw wa 'ilmā, wa każālika najzil-muḥsinīn [14] Dan setelah dia Musa dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. وَدَخَلَ ٱلْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَـٰذَا مِن شِيعَتِهِۦ وَهَـٰذَا مِنْ عَدُوِّهِۦ‌ۖ فَٱسْتَغَـٰثَهُ ٱلَّذِى مِن شِيعَتِهِۦ عَلَى ٱلَّذِى مِنْ عَدُوِّهِۦ فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ‌ۖ قَالَ هَـٰذَا مِنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَـٰنِ‌ۖ إِنَّهُۥ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ wa dakhalal-madīnata 'alā ḥīni gaflatim min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāżā min syī'atihī wa hāżā min 'aduwwih, fastagāṡahullażī min syī'atihī 'alallażī min 'aduwwihī fa wakazahụ mụsā fa qaḍā 'alaihi qāla hāżā min 'amalisy-syaiṭān, innahụ 'aduwwum muḍillum mubīn [15] Dan dia Musa masuk ke kota Memphis ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya Bani Israil dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya kaum Firaun. Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia Musa berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia setan itu adalah musuh yang jelas menyesatkan.” قَالَ رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَٱغْفِرْ لِى فَغَفَرَ لَهُۥٓ‌ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ qāla rabbi innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fa gafara lah, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm [16] Dia Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Maka Dia Allah mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. قَالَ رَبِّ بِمَآ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِّلْمُجْرِمِينَ qāla rabbi bimā an'amta 'alayya fa lan akụna ẓahīral lil-mujrimīn [17] Dia Musa berkata, “Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.” فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا ٱلَّذِى ٱسْتَنصَرَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُۥ‌ۚ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰٓ إِنَّكَ لَغَوِىٌّ مُّبِينٌ fa aṣbaḥa fil-madīnati khā`ifay yataraqqabu fa iżallażistanṣarahụ bil-amsi yastaṣrikhuh, qāla lahụ mụsā innaka lagawiyyum mubīn [18] Karena itu, dia Musa menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu akibat perbuatannya, tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat.” فَلَمَّآ أَنْ أَرَادَ أَن يَبْطِشَ بِٱلَّذِى هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا قَالَ يَـٰمُوسَىٰٓ أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِى كَمَا قَتَلْتَ نَفْسَۢا بِٱلْأَمْسِ‌ۖ إِن تُرِيدُ إِلَّآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِينَ fa lammā an arāda ay yabṭisya billażī huwa 'aduwwul lahumā qāla yā mụsā a turīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-amsi in turīdu illā an takụna jabbāran fil-arḍi wa mā turīdu an takụna minal-muṣliḥīn [19] Maka ketika dia Musa hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia musuhnya berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini, dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا ٱلْمَدِينَةِ يَسْعَىٰ قَالَ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَٱخْرُجْ إِنِّى لَكَ مِنَ ٱلنَّـٰصِحِينَ wa jā`a rajulum min aqṣal-madīnati yas'ā qāla yā mụsā innal-mala`a ya`tamirụna bika liyaqtulụka fakhruj innī laka minan-nāṣiḥīn [20] Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah dari kota ini, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ‌ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ fa kharaja min-hā khā`ifay yataraqqabu qāla rabbi najjinī minal-qaumiẓ-ẓālimīn [21] Maka keluarlah dia Musa dari kota itu dengan rasa takut, waspada kalau ada yang menyusul atau menangkapnya, dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَآءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَىٰ رَبِّىٓ أَن يَهْدِيَنِى سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ wa lammā tawajjaha tilqā`a madyana qāla 'asā rabbī ay yahdiyanī sawā`as-sabīl [22] Dan ketika dia menuju ke arah negeri Madyan dia berdoa lagi, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar.” وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ‌ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا‌ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ‌ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ wa lammā warada mā`a madyana wajada 'alaihi ummatam minan-nāsi yasqụna wa wajada min dụnihimumra`ataini tażụdān, qāla mā khaṭbukumā, qālatā lā nasqī ḥattā yuṣdirar-ri'ā`u wa abụnā syaikhung kabīr [23] Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum ternaknya, dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat ternaknya. Dia Musa berkata, “Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya, sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.” فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ fa saqā lahumā ṡumma tawallā ilaẓ-ẓilli fa qāla rabbi innī limā anzalta ilayya min khairin faqīr [24] Maka dia Musa memberi minum ternak kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan makanan yang Engkau turunkan kepadaku.” فَجَآءَتْهُ إِحْدَٮٰهُمَا تَمْشِى عَلَى ٱسْتِحْيَآءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِى يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا‌ۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيْهِ ٱلْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ‌ۖ نَجَوْتَ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ fa jā`at-hu iḥdāhumā tamsyī 'alastiḥyā`ing qālat inna abī yad'ụka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, fa lammā jā`ahụ wa qaṣṣa 'alaihil-qaṣaṣa qāla lā takhaf, najauta minal-qaumiẓ-ẓālimīn [25] Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami.” Ketika Musa mendatangi ayahnya dan dia menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya, dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” قَالَتْ إِحْدَٮٰهُمَا يَـٰٓأَبَتِ ٱسْتَــْٔجِرْهُ‌ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ ٱسْتَــْٔجَرْتَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْأَمِينُ qālat iḥdāhumā yā abatista`jir-hu inna khaira manista`jartal-qawiyyul-amīn [26] Dan salah seorang dari kedua perempuan itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja pada kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” قَالَ إِنِّىٓ أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ٱبْنَتَىَّ هَـٰتَيْنِ عَلَىٰٓ أَن تَأْجُرَنِى ثَمَـٰنِىَ حِجَجٍ‌ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ‌ۖ وَمَآ أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ‌ۚ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ qāla innī urīdu an ungkiḥaka iḥdabnatayya hātaini 'alā an ta`juranī ṡamāniya ḥijaj, fa in atmamta 'asyran fa min 'indik, wa mā urīdu an asyuqqa 'alaīk, satajidunī in syā`allāhu minaṣ-ṣāliḥīn [27] Dia Syekh Madyan berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.” قَالَ ذَٲلِكَ بَيْنِى وَبَيْنَكَ‌ۖ أَيَّمَا ٱلْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَٲنَ عَلَىَّ‌ۖ وَٱللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ qāla żālika bainī wa bainak, ayyamal-ajalaini qaḍaitu fa lā 'udwāna 'alayy, wallāhu 'alā mā naqụlu wakīl [28] Dia Musa berkata, “Itu perjanjian antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” ۞ فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى ٱلْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِۦٓ ءَانَسَ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ ٱمْكُثُوٓاْ إِنِّىٓ ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ fa lammā qaḍā mụsal-ajala wa sāra bi`ahlihī ānasa min jānibiṭ-ṭụri nārā, qāla li`ahlihimkuṡū innī ānastu nāral-la'allī ātīkum min-hā bikhabarin au jażwatim minan-nāri la'allakum taṣṭalụn [29] Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah di sini, sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu atau membawa sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan.” فَلَمَّآ أَتَـٰهَا نُودِىَ مِن شَـٰطِىِٕ ٱلْوَادِ ٱلْأَيْمَنِ فِى ٱلْبُقْعَةِ ٱلْمُبَـٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَـٰمُوسَىٰٓ إِنِّىٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ fa lammā atāhā nụdiya min syāṭi`il-wādil-aimani fil-buq'atil-mubārakati minasy-syajarati ay yā mụsā innī anallāhu rabbul-'ālamīn [30] Maka ketika dia Musa sampai ke tempat api itu, dia diseru dari arah pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang tanah yang diberkahi, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam! وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ‌ۖ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ‌ۚ يَـٰمُوسَىٰٓ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ‌ۖ إِنَّكَ مِنَ ٱلْأَمِنِينَ wa an alqi 'aṣāk, fa lammā ra`āhā tahtazzu ka`annahā jānnuw wallā mudbiraw wa lam yu'aqqib, yā mụsā aqbil wa lā takhaf, innaka minal-āminīn [31] Dan lemparkanlah tongkatmu.” Maka ketika dia Musa melihatnya bergerak-gerak seakan-akan seekor ular yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. Allah berfirman, “Wahai Musa! Kemarilah dan jangan takut. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman. ٱسْلُكْ يَدَكَ فِى جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوٓءٍ وَٱضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ ٱلرَّهْبِ‌ۖ فَذَٲنِكَ بُرْهَـٰنَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِيْهِۦٓ‌ۚ إِنَّهُمْ كَانُواْ قَوْمًا فَـٰسِقِينَ usluk yadaka fī jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`iw waḍmum ilaika janāḥaka minar-rahbi fażānika bur-hānāni mir rabbika ilā fir'auna wa mala`ih, innahum kānụ qauman fāsiqīn [32] Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, dia akan keluar putih bercahaya tanpa cacat, dan dekapkanlah kedua tanganmu ke dadamu apabila ketakutan. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu yang akan engkau pertunjukkan kepada Firaun dan para pembesarnya. Sungguh, mereka adalah orang-orang fasik.” قَالَ رَبِّ إِنِّى قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَن يَقْتُلُونِ qāla rabbi innī qataltu min-hum nafsan fa akhāfu ay yaqtulụn [33] Dia Musa berkata, “Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku. وَأَخِى هَـٰرُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّى لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِىَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِىٓ‌ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ wa akhī hārụnu huwa afṣaḥu minnī lisānan fa arsil-hu ma'iya rid`ay yuṣaddiqunī innī akhāfu ay yukażżibụn [34] Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku; sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku.” قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَـٰنًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا‌ۚ بِـَٔـايَـٰتِنَآ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلْغَـٰلِبُونَ qāla sanasyuddu 'aḍudaka bi`akhīka wa naj'alu lakumā sulṭānan fa lā yaṣilụna ilaikumā bi`āyātinā, antumā wa manittaba'akumal-gālibụn [35] Dia Allah berfirman, “Kami akan menguatkan engkau membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu; berangkatlah kamu berdua dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang.” فَلَمَّا جَآءَهُم مُّوسَىٰ بِـَٔـايَـٰتِنَا بَيِّنَـٰتٍ قَالُواْ مَا هَـٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ مُّفْتَرًى وَمَا سَمِعْنَا بِهَـٰذَا فِىٓ ءَابَآئِنَا ٱلْأَوَّلِينَ fa lammā jā`ahum mụsā bi`āyātinā bayyināting qālụ mā hāżā illā siḥrum muftaraw wa mā sami'nā bihāżā fī ābā`inal-awwalīn [36] Maka ketika Musa datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, “Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat, dan kami tidak pernah mendengar yang seperti ini pada nenek moyang kami dahulu.” وَقَالَ مُوسَىٰ رَبِّىٓ أَعْلَمُ بِمَن جَآءَ بِٱلْهُدَىٰ مِنْ عِندِهِۦ وَمَن تَكُونُ لَهُۥ عَـٰقِبَةُ ٱلدَّارِ‌ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ wa qāla mụsā rabbī a'lamu biman jā`a bil-hudā min 'indihī wa man takụnu lahụ 'āqibatud-dār, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn [37] Dan dia Musa menjawab, “Tuhanku lebih mengetahui siapa yang pantas membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan mendapat kemenangan.” وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرِى فَأَوْقِدْ لِى يَـٰهَـٰمَـٰنُ عَلَى ٱلطِّينِ فَٱجْعَل لِّى صَرْحًا لَّعَلِّىٓ أَطَّلِعُ إِلَىٰٓ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّى لَأَظُنُّهُۥ مِنَ ٱلْكَـٰذِبِينَ wa qāla fir'aunu yā ayyuhal-mala`u mā 'alimtu lakum min ilāhin gairī, fa auqid lī yā hāmānu 'alaṭ-ṭīni faj'al lī ṣarḥal la'allī aṭṭali'u ilā ilāhi mụsā wa innī la`aẓunnuhụ minal-kāżibīn [38] Dan Firaun berkata, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman untuk membuat batu bata, kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.” وَٱسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُۥ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ wastakbara huwa wa junụduhụ fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa ẓannū annahum ilainā lā yurja'ụn [39] Dan dia Firaun dan bala tentaranya berlaku sombong, di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. فَأَخَذْنَـٰهُ وَجُنُودَهُۥ فَنَبَذْنَـٰهُمْ فِى ٱلْيَمِّ‌ۖ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلظَّـٰلِمِينَ fa akhażnāhu wa junụdahụ fa nabażnāhum fil-yamm, fanẓur kaifa kāna 'āqibatuẓ-ẓālimīn [40] Maka Kami siksa dia Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim. وَجَعَلْنَـٰهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ‌ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ لَا يُنصَرُونَ wa ja'alnāhum a immatay yad'ụna ilan-nār, wa yaumal-qiyāmati lā yunṣarụn [41] Dan Kami jadikan mereka para pemimpin yang mengajak manusia ke neraka dan pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong. وَأَتْبَعْنَـٰهُمْ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنْيَا لَعْنَةً‌ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ هُم مِّنَ ٱلْمَقْبُوحِينَ wa atba'nāhum fī hāżihid-dun-yā la'nah, wa yaumal-qiyāmati hum minal-maqbụḥīn [42] Dan Kami susulkan laknat kepada mereka di dunia ini; sedangkan pada hari Kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah. وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَـٰبَ مِنۢ بَعْدِ مَآ أَهْلَكْنَا ٱلْقُرُونَ ٱلْأُولَىٰ بَصَآئِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ wa laqad ātainā mụsal-kitāba mim ba'di mā ahlaknal-qurụnal-ụlā baṣā`ira lin-nāsi wa hudaw wa raḥmatal la'allahum yatażakkarụn [43] Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab Taurat setelah Kami binasakan umat-umat terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk serta rahmat, agar mereka mendapat pelajaran. وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ ٱلْغَرْبِىِّ إِذْ قَضَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَى ٱلْأَمْرَ وَمَا كُنتَ مِنَ ٱلشَّـٰهِدِينَ wa mā kunta bijānibil-garbiyyi iż qaḍainā ilā mụsal-amra wa mā kunta minasy-syāhidīn [44] Dan engkau Muhammad tidak berada di sebelah barat lembah suci Tuwa ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan engkau tidak pula termasuk orang-orang yang menyaksikan kejadian itu. وَلَـٰكِنَّآ أَنشَأْنَا قُرُونًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ ٱلْعُمُرُ‌ۚ وَمَا كُنتَ ثَاوِيًا فِىٓ أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُواْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِنَا وَلَـٰكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ wa lākinnā ansya`nā qurụnan fa taṭāwala 'alaihimul-'umur, wa mā kunta ṡāwiyan fī ahli madyana tatlụ 'alaihim āyātinā wa lākinnā kunnā mursilīn [45] Tetapi Kami telah menciptakan beberapa umat, dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang, dan engkau Muhammad tidak tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ ٱلطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَـٰكِن رَّحْمَةً مِّن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّآ أَتَـٰهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ wa mā kunta bijānibiṭ-ṭụri iż nādainā wa lākir raḥmatam mir rabbika litunżira qaumam mā atāhum min nażīrim ming qablika la'allahum yatażakkarụn [46] Dan engkau Muhammad tidak berada di dekat Tur gunung ketika Kami menyeru Musa, tetapi Kami utus engkau sebagai rahmat dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum Quraisy yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran. وَلَوْلَآ أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةُۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُواْ رَبَّنَا لَوْلَآ أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ ءَايَـٰتِكَ وَنَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ walau lā an tuṣībahum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim fa yaqụlụ rabbanā lau lā arsalta ilainā rasụlan fa nattabi'a āyātika wa nakụna minal-mu`minīn [47] Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, agar kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan termasuk orang mukmin.” فَلَمَّا جَآءَهُمُ ٱلْحَقُّ مِنْ عِندِنَا قَالُواْ لَوْلَآ أُوتِىَ مِثْلَ مَآ أُوتِىَ مُوسَىٰٓ‌ۚ أَوَلَمْ يَكْفُرُواْ بِمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ مِن قَبْلُ‌ۖ قَالُواْ سِحْرَانِ تَظَـٰهَرَا وَقَالُوٓاْ إِنَّا بِكُلٍّ كَـٰفِرُونَ fa lammā jā`ahumul-ḥaqqu min 'indinā qālụ lau lā ụtiya miṡla mā ụtiya mụsā, a wa lam yakfurụ bimā ụtiya mụsā ming qabl, qālụ siḥrāni taẓāharā, wa qālū innā bikulling kāfirụn [48] Maka ketika telah datang kepada mereka kebenaran Al-Qur'an dari sisi Kami, mereka berkata, “Mengapa tidak diberikan kepadanya Muhammad seperti apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu?” Bukankah mereka itu telah ingkar juga kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka dahulu berkata, “Musa dan Harun adalah dua pesihir yang bantu-membantu.” Dan mereka juga berkata, “Sesungguhnya kami sama sekali tidak mempercayai masing-masing mereka itu.” قُلْ فَأْتُواْ بِكِتَـٰبٍ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ هُوَ أَهْدَىٰ مِنْهُمَآ أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ qul fa`tụ bikitābim min 'indillāhi huwa ahdā min-humā attabi'hu ing kuntum ṣādiqīn [49] Katakanlah Muhammad, “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih memberi petunjuk daripada keduanya Taurat dan Al-Qur'an, niscaya aku mengikutinya, jika kamu orang yang benar.” فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ‌ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ fa il lam yastajībụ laka fa'lam annamā yattabi'ụna ahwā`ahum, wa man aḍallu mim manittaba'a hawāhu bigairi hudam minallāh, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn [50] Maka jika mereka tidak menjawab tantanganmu, maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. ۞ وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ ٱلْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ wa laqad waṣṣalnā lahumul-qaula la'allahum yatażakkarụn [51] Dan sungguh, Kami telah menyampaikan perkataan ini Al-Qur'an kepada mereka agar mereka selalu mengingatnya. ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِهِۦ هُم بِهِۦ يُؤْمِنُونَ allażīna ātaināhumul-kitāba ming qablihī hum bihī yu`minụn [52] Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an, mereka beriman pula kepadanya Al-Qur'an. وَإِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِهِۦٓ إِنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّنَآ إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِۦ مُسْلِمِينَ wa iżā yutlā 'alaihim qālū āmannā bihī innahul-ḥaqqu mir rabbinā innā kunnā ming qablihī muslimīn [53] Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya, sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sungguh, sebelumnya kami adalah orang muslim.” أُوْلَـٰٓئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُواْ وَيَدْرَءُونَ بِٱلْحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ ulā`ika yu`tauna ajrahum marrataini bimā ṣabarụ wa yadra`ụna bil-ḥasanatis-sayyi`ata wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn [54] Mereka itu diberi pahala dua kali karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur'an disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. وَإِذَا سَمِعُواْ ٱللَّغْوَ أَعْرَضُواْ عَنْهُ وَقَالُواْ لَنَآ أَعْمَـٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَـٰلُكُمْ سَلَـٰمٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِى ٱلْجَـٰهِلِينَ wa iżā sami'ul-lagwa a'raḍụ 'an-hu wa qālụ lanā a'mālunā wa lakum a'mālukum salāmun 'alaikum lā nabtagil-jāhilīn [55] Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang bodoh.” إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ‌ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa huwa a'lamu bil-muhtadīn [56] Sungguh, engkau Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. وَقَالُوٓاْ إِن نَّتَّبِعِ ٱلْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ‌ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا ءَامِنًا يُجْبَىٰٓ إِلَيْهِ ثَمَرَٲتُ كُلِّ شَىْءٍ رِّزْقًا مِّن لَّدُنَّا وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ wa qālū in nattabi'il-hudā ma'aka nutakhaṭṭaf min arḍinā, a wa lam numakkil lahum ḥaraman āminay yujbā ilaihi ṡamarātu kulli syai`ir rizqam mil ladunnā wa lākinna akṡarahum lā ya'lamụn [57] Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Allah berfirman Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram tanah suci yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan sebagai rezeki bagimu dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةِۭ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا‌ۖ فَتِلْكَ مَسَـٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَن مِّنۢ بَعْدِهِمْ إِلَّا قَلِيلاً‌ۖ وَكُنَّا نَحْنُ ٱلْوَٲرِثِينَ wa kam ahlaknā ming qaryatim baṭirat ma'īsyatahā, fa tilka masākinuhum lam tuskam mim ba'dihim illā qalīlā, wa kunnā naḥnul-wāriṡīn [58] Dan betapa banyak penduduk negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kamilah yang mewarisinya.” وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِىٓ أُمِّهَا رَسُولاً يَتْلُواْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِنَا‌ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى ٱلْقُرَىٰٓ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَـٰلِمُونَ wa mā kāna rabbuka muhlikal-qurā ḥattā yab'aṡa fī ummihā rasụlay yatlụ 'alaihim āyātinā, wa mā kunnā muhlikil-qurā illā wa ahluhā ẓālimụn [59] Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah pula Kami membinasakan penduduk negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman. وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىْءٍ فَمَتَـٰعُ ٱلْحَيَوٲةِ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتُهَا‌ۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ‌ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ wa mā ụtītum min syai`in fa matā'ul-ḥayātid-dun-yā wa zīnatuhā, wa mā 'indallāhi khairuw wa abqā, a fa lā ta'qilụn [60] Dan apa saja kekayaan, jabatan, keturunan yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti? أَفَمَن وَعَدْنَـٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَـٰقِيهِ كَمَن مَّتَّعْنَـٰهُ مَتَـٰعَ ٱلْحَيَوٲةِ ٱلدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ مِنَ ٱلْمُحْضَرِينَ a fa maw wa'adnāhu wa'dan ḥasanan fa huwa lāqīhi kamam matta'nāhu matā'al-ḥayātid-dun-yā ṡumma huwa yaumal-qiyāmati minal-muḥḍarīn [61] Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik surga lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi; kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret ke dalam neraka? وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَآءِىَ ٱلَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ wa yauma yunādīhim fa yaqụlu aina syurakā`iyallażīna kuntum taz'umụn [62] Dan ingatlah pada hari ketika Dia Allah menyeru mereka dan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu sangka?” قَالَ ٱلَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ ٱلْقَوْلُ رَبَّنَا هَـٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ أَغْوَيْنَآ أَغْوَيْنَـٰهُمْ كَمَا غَوَيْنَا‌ۖ تَبَرَّأْنَآ إِلَيْكَ‌ۖ مَا كَانُوٓاْ إِيَّانَا يَعْبُدُونَ qālallażīna ḥaqqa 'alaihimul-qaulu rabbanā hā`ulā`illażīna agwainā, agwaināhum kamā gawainā, tabarra`nā ilaika mā kānū iyyānā ya'budụn [63] Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman berkata, “Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri sesat, kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri dari mereka, mereka sekali-kali tidak menyembah kami.” وَقِيلَ ٱدْعُواْ شُرَكَآءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُواْ لَهُمْ وَرَأَوُاْ ٱلْعَذَابَ‌ۚ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُواْ يَهْتَدُونَ wa qīlad'ụ syurakā`akum fa da'auhum fa lam yastajībụ lahum, wa ra`awul-'ażāb, lau annahum kānụ yahtadụn [64] Dan dikatakan kepada mereka, “Serulah sekutu-sekutumu,” lalu mereka menyerunya, tetapi yang diseru tidak menyambutnya, dan mereka melihat azab. Mereka itu berkeinginan sekiranya mereka dahulu menerima petunjuk. وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَآ أَجَبْتُمُ ٱلْمُرْسَلِينَ wa yauma yunādīhim fa yaqụlu māżā ajabtumul-mursalīn [65] Dan ingatlah pada hari ketika Dia Allah menyeru mereka, dan berfirman, “Apakah jawabanmu terhadap para rasul?” فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْأَنۢبَآءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَآءَلُونَ fa 'amiyat 'alaihimul-ambā`u yauma`iżin fa hum lā yatasā`alụn [66] Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling bertanya. فَأَمَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًا فَعَسَىٰٓ أَن يَكُونَ مِنَ ٱلْمُفْلِحِينَ fa ammā man tāba wa āmana wa 'amila ṣāliḥan fa 'asā ay yakụna minal-mufliḥīn [67] Maka adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan kebajikan, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung. وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ‌ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ‌ۚ سُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ wa rabbuka yakhluqu mā yasyā`u wa yakhtār, mā kāna lahumul-khiyarah, sub-ḥānallāhi wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn [68] Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka manusia tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ wa rabbuka ya'lamu mā tukinnu ṣudụruhum wa mā yu'linụn [69] Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. وَهُوَ ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ لَهُ ٱلْحَمْدُ فِى ٱلْأُولَىٰ وَٱلْأَخِرَةِ‌ۖ وَلَهُ ٱلْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ wa huwallāhu lā ilāha illā huw, lahul-ḥamdu fil-ụlā wal-ākhirati wa lahul-ḥukmu wa ilaihi turja'ụn [70] Dan Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, segala puji bagi-Nya di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya segala penentuan dan kepada-Nya kamu dikembalikan. قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِن جَعَلَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمُ ٱلَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ مَنْ إِلَـٰهٌ غَيْرُ ٱللَّهِ يَأْتِيكُم بِضِيَآءٍ‌ۖ أَفَلَا تَسْمَعُونَ qul a ra`aitum in ja'alallāhu 'alaikumul-laila sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya`tīkum biḍiyā`, a fa lā tasma'ụn [71] Katakanlah Muhammad, “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِن جَعَلَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمُ ٱلنَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ مَنْ إِلَـٰهٌ غَيْرُ ٱللَّهِ يَأْتِيكُم بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ‌ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ qul a ra`aitum in ja'alallāhu 'alaikumun-nahāra sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya`tīkum bilailin taskunụna fīh, a fa lā tubṣirụn [72] Katakanlah Muhammad, “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?” وَمِن رَّحْمَتِهِۦ جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ لِتَسْكُنُواْ فِيهِ وَلِتَبْتَغُواْ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ wa mir raḥmatihī ja'ala lakumul-laila wan-nahāra litaskunụ fīhi wa litabtagụ min faḍlihī wa la'allakum tasykurụn [73] Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَآءِىَ ٱلَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ wa yauma yunādīhim fa yaqụlu aina syurakā`iyallażīna kuntum taz'umụn [74] Dan ingatlah pada hari ketika Dia Allah menyeru mereka, dan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu sangka?” وَنَزَعْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا فَقُلْنَا هَاتُواْ بُرْهَـٰنَكُمْ فَعَلِمُوٓاْ أَنَّ ٱلْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَفْتَرُونَ wa naza'nā ming kulli ummatin syahīdan fa qulnā hātụ burhānakum fa 'alimū annal-ḥaqqa lillāhi wa ḍalla 'an-hum mā kānụ yaftarụn [75] Dan Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu,” maka tahulah mereka bahwa yang hak kebenaran itu milik Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan. ۞ إِنَّ قَـٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ‌ۖ وَءَاتَيْنَـٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُوْلِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ inna qārụna kāna ming qaumi mụsā fa bagā 'alaihim wa ātaināhu minal-kunụzi mā inna mafātiḥahụ latanū`u bil-'uṣbati ulil-quwwati iż qāla lahụ qaumuhụ lā tafraḥ innallāha lā yuḥibbul-fariḥīn [76] Sesungguhnya Karun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَـٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْأَخِرَةَ‌ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا‌ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ‌ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn [77] Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ‌ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ ٱلْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا‌ۚ وَلَا يُسْــَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلْمُجْرِمُونَ qāla innamā ụtītuhụ 'alā 'ilmin 'indī, a wa lam ya'lam annallāha qad ahlaka ming qablihī minal-qurụni man huwa asyaddu min-hu quwwataw wa akṡaru jam'ā, wa lā yus`alu 'an żunụbihimul-mujrimụn [78] Dia Karun berkata, “Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ‌ۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٲةَ ٱلدُّنْيَا يَـٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَـٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ fa kharaja 'alā qaumihī fī zīnatih, qālallażīna yurīdụnal-ḥayātad-dun-yā yā laita lanā miṡla mā ụtiya qārụnu innahụ lażụ haẓẓin 'aẓīm [79] Maka keluarlah dia Karun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحًا وَلَا يُلَقَّـٰهَآ إِلَّا ٱلصَّـٰبِرُونَ wa qālallażīna ụtul-'ilma wailakum ṡawābullāhi khairul liman āmana wa 'amila ṣāliḥā, wa lā yulaqqāhā illaṣ-ṣābirụn [80] Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan pahala yang besar itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ fa khasafnā bihī wa bidārihil-arḍ, fa mā kāna lahụ min fi`atiy yanṣurụnahụ min dụnillāhi wa mā kāna minal-muntaṣirīn [81] Maka Kami benamkan dia Karun bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. وَأَصْبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوْاْ مَكَانَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ‌ۖ لَوْلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا‌ۖ وَيْكَأَنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ wa aṣbaḥallażīna tamannau makānahụ bil-amsi yaqụlụna waika`annallāha yabsuṭur-rizqa limay yasyā`u min 'ibādihī wa yaqdir, lau lā am mannallāhu 'alainā lakhasafa binā, waika`annahụ lā yufliḥul-kāfirụn [82] Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya Karun itu berkata, “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.” تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا‌ۚ وَٱلْعَـٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ tilkad-dārul-ākhiratu naj'aluhā lillażīna lā yurīdụna 'uluwwan fil-arḍi wa lā fasādā, wal-'āqibatu lil-muttaqīn [83] Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ خَيْرٌ مِّنْهَا‌ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى ٱلَّذِينَ عَمِلُواْ ٱلسَّيِّـَٔـاتِ إِلَّا مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ man jā`a bil-ḥasanati fa lahụ khairum min-hā, wa man jā`a bis-sayyi`ati fa lā yujzallażīna 'amilus-sayyi`āti illā mā kānụ ya'malụn [84] Barangsiapa datang dengan membawa kebaikan, maka dia akan mendapat pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan membawa kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. إِنَّ ٱلَّذِى فَرَضَ عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ‌ۚ قُل رَّبِّىٓ أَعْلَمُ مَن جَآءَ بِٱلْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ innallażī faraḍa 'alaikal-qur`āna larādduka ilā ma'ād, qul rabbī a'lamu man jā`a bil-hudā wa man huwa fī ḍalālim mubīn [85] Sesungguhnya Allah yang mewajibkan engkau Muhammad untuk melaksanakan hukum-hukum Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah Muhammad, “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata.” وَمَا كُنتَ تَرْجُوٓاْ أَن يُلْقَىٰٓ إِلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبُ إِلَّا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ‌ۖ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِّلْكَـٰفِرِينَ wa mā kunta tarjū ay yulqā ilaikal-kitābu illā raḥmatam mir rabbika fa lā takụnanna ẓahīral lil-kāfirīn [86] Dan engkau Muhammad tidak pernah mengharap agar Kitab Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu, tetapi ia diturunkan sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir, وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ‌ۖ وَٱدْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ‌ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ wa lā yaṣuddunnaka 'an āyātillāhi ba'da iż unzilat ilaika wad'u ilā rabbika wa lā takụnanna minal-musyrikīn [87] dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau Muhammad untuk menyampaikan ayat-ayat Allah, setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah manusia agar beriman kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik. وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ‌ۘ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۚ كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥ‌ۚ لَهُ ٱلْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ wa lā tad'u ma'allāhi ilāhan ākhar, lā ilāha illā huw, kullu syai`in hālikun illā waj-hah, lahul-ḥukmu wa ilaihi turja'ụn [88] Dan jangan pula engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. Your browser does not support the audio tag.
SuratAn-Najm sendiri merupakan surat ke 53 yang terdapat pada Juz ke 27 dalam Daftar Surat Al-Quran, Tergolong kedalam Surat Makkiyah (turun di Mekkah) dengan jumlah ayat sebanyak 62 ayat dan surat An-Najm ini memiliki arti Bintang. Baca Juga: Surat Al-Qasas Ayat 82: Teks Arab, Latin, Terjemah, Arti Perkata dan Tafsir. Arti Perkata Surat
AlQur'an Surat Al-Qasas - Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Doa Setelah Sholat Taubat Nasuha Lengkap Latin dan Artinya; Doa Setelah Sholat Magrib yang Diajarkan Rasulullah SAW; more; Rekomendasi.
\nsurat al qasas latin
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.

QuranSurat Al Qasas Ayat 55. Bacaan QS 28:55 dalam huruf latin. Waitha samiAAoo allaghwa aAAradoo AAanhu waqaloo lana aAAmaluna walakum aAAmalukum salamun AAalaykum la nabtaghee aljahileena. Quran surat Al Qasas ayat 55 dalam bahasa Arab. وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ

Mufradat/ Arti Perkata Surat Al-Qashash Ayat 80 Lengkap Dengan Teks Arab, Latin, Terjemah Bahasa Indonesia dan Inggris Serta Tafsir Ringkas. Setelah membahas Arti Perkata Surah Al-Qashash Ayat 79 pada postingan sebelumnya, untuk postingan arti perkata kali ini akan dibahas mengenai surat al-qasas ayat ke 80.. Yang mana surat ini diturunkan di mekkah dengan urutan nomor pewahyuan ke 49 setelah
SuratAl-Qasas - Surah Ke-28 Al-Quran. Surat ke- 28 Jumlah Ayat 88. Word by Word Al-Quran translation in Bahasa Indonesia Surah Al-Qasas Nama Surat (latin): Al-Qasas: Surat ke-: 28: Surah Alias:-Surah Title: Kisah: Jumlah Ayat: 88: Jumlah Kata: 441: Jumlah Karakter: 5800: Jumlah Ruku: 8: Tempat diturunkan Wahyu: Makiyyah: Urutan Pewahyuan
TafsirSurat Al-Qashash Ayat 78 (Terjemah Arti) Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qashash Ayat 78 dengan text arab, latin dan artinya. Didapatkan beragam penjabaran dari para ulama berkaitan isi surat Al-Qashash ayat 78, sebagiannya sebagaimana di bawah ini: Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia aQxH4QY.
  • abu7olszy5.pages.dev/177
  • abu7olszy5.pages.dev/494
  • abu7olszy5.pages.dev/344
  • abu7olszy5.pages.dev/90
  • abu7olszy5.pages.dev/392
  • abu7olszy5.pages.dev/114
  • abu7olszy5.pages.dev/213
  • abu7olszy5.pages.dev/354
  • surat al qasas latin